Senin

Beberapa Detik atau Beberapa Jam?

Oleh : Pahrurroji Dalimunthe XI2

Teman-teman...

Bayangkanlah sebuah liburan yang khas : setelah 6 bulan antum belajar di sekolah, Anda di ajak oleh ayah dan ibu antum mendapatkan liburan semester selama dua minggu dan tiba di tempat peristirahatan favorit Anda, sebuah tempat wisata yang indah setelah perjalanan delapan jam yang melelahkan. Lobi dipenuhi orang-orang yang berlibur seperti antum. antum bahkan melihat beberapa wajah yang akrab dan menyalami mereka, yaitu teman teman sesekolah yang berlibur di tempat yang sama. Cuacanya hangat dan antum tak ingin kehilangan satu detik pun untuk menikmati sinar matahari dan laut yang tenang, maka tanpa membuang waktu, Anda mencari ruangan antum, mengenakan pakaian renang antum dan bergegas ke pantai. Akhirnya, antum berada dalam air yang sebening kristal, namun tiba-tiba antum dikejutkan sebuah suara: "Bangun, kamu sudah terlambat sholat subuh dan sekarang sudah waktunya berangkat ke sekolah. Sekarang sudah jam 06.00 wib!" .Kata salah satu anggota kamar antum.

Antum menganggap kata-kata ini tidak masuk di akal. Untuk sesaat, Antum tidak dapat memahami apa yang terjadi, ada sebuah ketidakserasian yang tak terpahami antara apa yang Antum lihat dan dengar. Ketika Antum membuka mata dan mendapatkan diri Antum di kamar tidur asrama Antum, kenyataan bahwa segalanya hanyalah mimpi yang sangat mengagetkan Antum. Antum tidak dapat menahan ekspresi kekagetan ini: "Saya berkendaraan bersama ayah dan ibu selama delapan jam untuk mencapai tempat itu. Meskipun kini di luar sangat dingin, saya merasakan cahaya matahari di dalam mimpi saya. Saya merasakan air membasahi wajah saya, dilaut yang jernih di pantai itu."

Perjalanan delapan jam ke tempat peristirahatan, saat-saat Antum menunggu di lobi, singkatnya segala yang berhubungan dengan liburan Antum sesungguhnya hanyalah mimpi yang berlangsung beberapa detik. Meski tidak dapat dibedakan dari kehidupan nyata, apa yang Antum alami tersebut hanyalah mimpi semata.

Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin akan dibangunkan dari kehidupan di dunia sebagaimana kita dibangunkan dari mimpi. Lalu, orang-orang yang tidak beriman akan menunjukkan kekagetan yang sama. Seumur hidup, mereka tidak dapat membebaskan diri dari anggapan keliru bahwa kehidupan mereka akan berlangsung lama. Namun, saat mereka dibangkitkan kembali, mereka akan mendapati bahwa lamanya waktu yang tampak sebagai 60 atau 70 tahun masa hidup bagaikan hanya beberapa detik. Allah menceritakan fakta ini dalam Al Quran:

Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al Mu'minuun, 112-114)

Apakah itu sepuluh atau seratus tahun, manusia akhirnya akan menyadari pendeknya kehidupan sebagaimana yang dituturkan dalam ayat di atas. Hal ini seperti Antum yang terbangun dari mimpi, dengan getir menyaksikan lenyapnya semua gambaran tentang liburan panjang yang menyenangkan, dan tiba-tiba menyadari bahwa hal tersebut hanyalah sebuah mimpi yang berlangsung beberapa detik saja. Begitu pula, singkatnya kehidupan akan sangat memukul seseorang terutama saat segala hal lain tentang hidupnya terlupakan. Allah memerintahkan agar memperhatikan fakta ini dengan hati-hati dalam ayat Al Quran berikut:

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa ,mereka tidak berdiam melainkan sesaat’. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan. (QS. Ar-Ruum, 55)

Sama halnya dengan mereka yang hidup selama beberapa jam atau hari, orang-orang yang hidup selama tujuh puluh tahun juga memiliki waktu yang terbatas di dunia ini.… Sesuatu yang terbatas akan berakhir suatu saat. Baik kehidupan selama delapan puluh atau seratus tahun, setiap hari membawa manusia mendekat pada hari yang telah ditakdirkan tersebut. Manusia, sesungguhnya, mengalami kenyataan ini sepanjang hidupnya. Tidak peduli betapa panjangnya sebuah rencana yang ia pikirkan bagi dirinya sendiri, suatu hari ia mencapai saat tertentu itu ketika ia akan menyelesaikan cita-citanya. Setiap tujuan atau hal berharga yang dianggap titik balik dalam kehidupan seseorang akan segera menjadi masa lalu.

Bayangkanlah seorang remaja, misalnya kita yang baru saja memasuki SMP/PESANTREN. Umumnya, kita tidak tahan menunggu hari kelulusannya. kita menanti-nantikannya dengan hasrat yang tidak tertahankan. Namun segera kita mendapati kita sendiri mengikuti sekolah di bangku SMA seperti sekarang ini.. Pada tahap hidupnya ini, kita bahkan tidak ingat tahun-tahunnya yang panjang di SMP/PESANTREN. Sampai akhirnya kita menduduki bangku kulia. Ada hal lain dalam pikirann kita, kita ingin menggunakan tahun-tahun berharga ini untuk meredakan kekhawatirannya terhadap masa depan. Karenanya, kita membuat banyak rencana. Tidak lama kemudian, kita sibuk menyusun pernikahan kita. yang akan segera datang, sebuah peristiwa istimewa yang sangat kita nanti . Namun waktu berlalu lebih cepat dari pada yang kita harapkan dan kita meninggalkan tahun-tahun di belakang dan mendapati kita sebagai seorang lelaki yang memimpin sebuah keluarga. Pada saat kita menjadi kakek, sebagai seorang lelaki tua dengan kesehatan yang menurun, kita hampir tidak dapat mengingat kejadian-kejadian yang dulu memberinya kesenangan sebagai seorang pemuda. Ingatan yang suram akhirnya benar-benar menghilang. Permasalahan yang dulu menjadi obsesinya sebagai pemuda tidak lagi menarik perhatiannya. Hanya beberapa bayangan dari hidup terbentang di depan mata. Waktu yang telah ditentukan semakin mendekat. Waktu yang tertinggal sangat terbatas; beberapa tahun, bulan, atau bahkan mungkin hari. Kisah klasik tentang manusia, tanpa kecuali, berakhir di sini dengan sebuah pemakaman, yang dihadiri anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara. Nyatanya, tidak ada seorang pun yang bebas dari akhir ini.

Meski demikian, sejak permulaan sejarah, Allah telah mengajarkan kepada manusia mengenai sifat sementara dunia ini dan menggambarkan akhirat, tempat tinggal manusia yang sesungguhnya dan kekal. Banyak detail mengenai surga dan neraka digambarkan dalam wahyu Allah. Namun begitu, manusia cenderung melupakan kebenaran mendasar ini dan mencoba menanamkan segala upayanya dalam hidup ini, walaupun hidup itu pendek dan sementara. Bagaimanapun hanya mereka yang menggunakan pendekatan rasional terhadap kehidupan yang mendapatkan kejelasan pikiran dan kesadaran dan menyadari bahwa hidup ini tidaklah berarti apa-apa dibandingkan dengan hidup yang kekal. Karena itulah tujuan hidup manusia hanyalah untuk mencapai surga, sebuah tempat abadi yang penuh dengan kebaikan dan karunia Allah. Mencari keridhaan Allah dengan keimanan yang benar adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkannya. Bagaimanapun, mereka mencoba untuk tidak memikirkan akhir dari dunia yang tak terhindarkan ini, dan menjalani hidup dengan sikap sedemikian tentulah sangat pantas menerima hukuman yang kekal.

Allah dalam Al Quran mengisahkan akhir yang mengerikan yang akan datang pada orang-orang seperti ini:

Dan akan ada hari di mana Allah mengumpulkan mereka, seakanakan mereka tidak pernah berdiam hanya sesaat di siang hari, mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk. (QS. Yunus, 45)

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka seolah-olah tidak tinggal melainkan sesaat pada siang hari. Suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS. Al Ahqaf, 35)

11 komentar:

  1. Tulisan ini membuatku berpikir,"Jadi begitu rasanya setelah meninggal?" Masuk akal juga.
    Perumpamaaan yang digunakan oleh Pahrurroji di awal tulisan ini membuatku sedikit lebih mengerti, akan kehidupan kita yang sangat sebentar. dan bahwa kehidupan di dunia ini tidak nyata jika dibandingkan dengan akhirat.
    Terima kasih atas tulisannya_Agil 23

    BalasHapus
  2. Seringkali apa-apa yang ada di dalam kehidupan dunia ini memang telah membuat banyak dari kita lalai dengan apa-apa yang ada kelak di dalam kehidupan akherat kita.
    Betapa banyak orang yang sanggup melihat, namun banyakkah dari mereka yang mengambil hikmah dari apa yang telah mereka pandang?
    Betapa banyak orang yang berkata-kata, namun banyakkah dari mereka yang memikirkan apa yang telah mereka katakan?
    Betapa banyak orang yang mampu mendengar, namun banyakkah dari mereka yang mampu menjadikan hal itu ibroh bagi diri mereka?
    Betapa banyak orang yang beribadah di siang dan malam, namun banyakkah dari mereka yang mampu menjadikan ibadah itu sebagai sarana mencapai kebahagiaan?
    Dan betapa banyak orang yang hidup memadati dunia ini, namun banyakkah dari mereka yang sadar apakah arti dari hidupnya mereka di dunia?
    Apakah sebegitu banyaknya godaan di dunia sehingga kita sampai melalaikan apa arti dari kehidupan kita sendiri?
    Seberapa lama kita telah hidup di dunia? Dalam waktu yang telah terlewat itu, seberapa banyakkah kita telah mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang panjang kita nanti? Ataukah kita malah telah banyak mempersiapkan beban yang berat untuk perjalanan panjang kita sendiri?
    Juga seberapa lama lagi kita akan hidup di dunia ini? Apabila itu tinggal satu tahun lagi, atau satu bulan lagi, atau seminggu lagi, atau bahkan satu hari lagi, mampukah kita dalam rentang waktu sesingkat itu menambah kekurangan bekal kita? atau mampukah kita mengurangi beban yang nanti akan memberatkan perjalanan panjang kita?
    Atau bahkan apabila kita berkata bahwa umur kita masih beberapa puluh tahun lagi, mampukah kita dalam beberapa puluh tahun itu membuat timbangan kita miring ke sebelah kanan? atau bahkan semakin ke arah kiri? apakah kita dalam beberapa puluh tahu itu dapat membuat buku kita diberikan kepada pemiliknya dari sebelah kanan? atau bahkan kita malah membuat buku kita diberikan dari sebelah kiri?
    Memang benarlah bahwa di setiap kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya terdapat rahmat tersendiri bagi orang yang senantiasa beramal shaleh, dan memang benar bahwa disetiap kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya terdapat laknat tersendiri bagi orang yang senantiasa berbuat kefasikan dan tak mau kembali ke fitrahnya. Apakah bagi kita kehidupan di dunia ini merupakan merupakan anugrah dari Rabb kita, atau merupakan suatu penghinaan yang telak yang dicampakkan oleh-Nya?
    Maka sepantasnyalah kita menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya akan berharga bagi orang yang mau mengambil hikmah, mau berpikir, mau mengambil ibroh, dan mau menjadikan makna hidupnya mereka untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya.
    Pergunakanlah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu,
    Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
    Pergunakanlah masa luangmu sebelum datang masa sempitmu,
    Pergunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
    Dan pergunakanlah masa hidupmu sebelum datang saat akhir hidupmu.
    Setiap orang akan merasa menyesal ketika kehidupannya di dunia telah berakhir. Semoga kita merasa menyesal di akhirat karena sedikitnya bekal yang kita bawa, bukan menyesal karena banyaknya beban yang harus kita pikul dan pertanggungjawabkan.
    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. ingatlah.,.,.,.

    waktu tak kan pernah terulang kembali...

    gunakan lah waktu sebaik mgkin,sebelum penyeslan yang besar menghampiri,.,.,,

    ..adji..

    BalasHapus
  4. Muh Ridha I XI SS 21 April 2009 pukul 13.36

    Waktu itu bagai pedang
    bila engkau tidak mengendalikannya
    ia akan menebasmu

    Waktu masa lalu adalah hal yang paling jauh dalam hidup kita
    Waktu kematian adalah hal yang paling dekat dalam hidup kita

    Demi Waktu
    Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian
    Melainkan yang beriman dan beramal shaleh

    Karenanya janganlah sia siakan waktu yang telah diberikan Allah kepada kita

    Do your life for this life
    Until you die
    and welcome to paradise

    BalasHapus
  5. sesal itu selalu di akhir..
    dan waktu gak akan bisa kembali..sehingga pnyesalan itu akn terus ada..
    sehingga kita harus bisa memanfaatkan wktu yang telah ada dengan sebaik-baiknya..
    krna sesuatu yang akan hilang selamanya adalah waktu..

    BalasHapus
  6. semenit waktu yang telah berlalu tidak akan dapat kita mengulangnya..

    ingatlah akan waktu, pergunakanlah dengan sebaik mungkin.
    time is money

    gunakan waktu luangmu sebelum datang masa sempit/sibuk

    BalasHapus
  7. Demi masa...
    Sesungguhnya manusia kerugian
    Melainkan...
    Yang beriman dan beramal saleh

    Demi masa...
    Sesungguhnya manusia kerugian
    Melainkan...
    Nasihat kepada kebenaran dan kesabaran

    Gunakan kesempatan yang masih diberi
    Moga kita takkan menyesal
    Masa usia kita jangan disiakan
    Kerna ia takkan kembali

    Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
    Sihat sebelum sakit
    Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
    Lapang sebelum sempit
    Hidup sebelum mati

    Demi masa...
    Sesungguhnya manusia kerugian
    Melainkan...
    Yang beriman dan beramal saleh

    -nina_yg_slalu_kerend-
    --2ipa2_XCL--

    BalasHapus
  8. hm.hm.. Waktu,,,,
    sering kali kita lalai dengan waktu
    Tak kerasa udah dua tahun di IC. kok waktu cepat banget berlalu ya..!!
    itulah ungkapan yang sering terlontarkan dari anak-anak MAN INSAN CENDEKIA termasuk saya sendiri..karena seringkali melalaikan waktu yang telah diberikan oleh ALLAH S.W.T
    untuk itulah gunakanlah waktumu dengan sebaik-baiknya agar kelak kamu tidak menyesal.
    sepertia lagu yang sering kita dengar

    Gunakan kesempatan yang masih diberi
    Moga kita takkan menyesal..
    masa usia kita jangn disiakan
    kerena dia takkan kembali

    ingat waktu yaa....

    zulham rusdi

    BalasHapus
  9. masya allah..
    aku baru menyadari ternyata umur manusia tidaklah lama.
    sayangya...
    kita masih sering menunda-nunda amalan yang akan kita lakukan padahal kita tidak tahu akpan ajal akan menjemput kita.
    untuk itu ayo perbaiki amal ibdah kita agar kita siap untuk mengahdapi allah kelak di akhirat

    BalasHapus
  10. Fikri mengatakan...

    Begitulah,, waktu memang terasa cepat berlalu..

    Sadar tak sadar,
    Mau tak mau,
    waktu kan terus berjalan..

    Andai manusia tahu,,
    rahasia menaklukan waktu,,
    mungkin tak akan banyak manusia yang menyesal ketika tua datang

    Karena itu saudaraku,
    manfaatkan waktumu sebaik mungkin..
    jangan biarkan kita 'dibunuh' oleh waktu!

    BalasHapus
  11. memang saya akui,
    bahwa waktu itu seperti roket yang meluncur dengan sangat cepatnya.

    kayaknya,
    nggak lama-lama banget deh,
    waktu kita mempekerjakan paru-paru untuk pertama kalinya,
    eh, sekarang, sudah 17 tahun Allah menghujani kehidupan kita dengan nikmat yang tiada tara.

    kayaknya,
    baru kemarin deh, kita main boneka-bonekaan ataupun robot-robotan dengan sahabat kecil kita,...
    tapi sekarang, facebook telah menjadi langganan utama...

    kayaknya,
    baru kaemarin deh,
    kita pake merah-putih,
    sekarang, abuabu-putih euy!..


    kayaknya,
    baru kemarin kita -nozomi hikari, 'Sang Cahaya Harapan- dimarah-marahain ama tatib PTS,
    eh, sekarang, kita dah mau jadi anak tertua di cendekia.

    kayaknya,
    kemarin kita bingung, 'mo Mts dimana?' atau 'aku diterima di IC gak ya?'
    coba sekarang,
    'dapet FKUI gak ya?' atau 'mau beasiswa keluar negeri nih!'

    masih ada segudang 'kayaknya' yang biasa terlontar dari mulut kita.
    gak kerasa kan?
    tapi seiring dengan cepatnya waktu berjalan,
    kita malah telah terbiasa -sangat terlena- dengan semua ke-gratis-an yang telah Sang Maha Pemberi berikan.

    kita telah terbiasa mendapat udara gratis,
    tanpa mempedulikan, apakah kita menjadi penyebab polusi udara.

    kita telah terbiasa menikmati hari yang indah
    tanpa bersyukur tentang segala nikmat-Nya

    kita telah terbiasa mendapat siraman Ultra violet gratis,
    tanpa mengantisipasi Global Warming yang semakin menakutkan.

    kita telah terbiasa mendapat kesehatan jasmani,
    tanpa mengisi kerohanian kita dnegan beribadah kepada-Nya.

    kawan,
    kebiasaan itu merupkan salah satu dari jenis Kufur kepada Ilahi!

    berhati-hatilah!!!

    marilah kita sama-sama mengingatkan orang-orang disekeliling kita,
    agar tetap ada di garis lurus kehidupan.

    masih inget fungsi kita diciptakan kan?!?!

    yap!

    'Beribadah kepada Allah!'

    -Risqon_Nafiah-2100017-

    BalasHapus