Antum menganggap kata-kata ini tidak masuk di akal. Untuk sesaat, Antum tidak dapat memahami apa yang terjadi, ada sebuah ketidakserasian yang tak terpahami antara apa yang Antum lihat dan dengar. Ketika Antum membuka mata dan mendapatkan diri Antum di kamar tidur asrama Antum, kenyataan bahwa segalanya hanyalah mimpi yang sangat mengagetkan Antum. Antum tidak dapat menahan ekspresi kekagetan ini: "Saya berkendaraan bersama ayah dan ibu selama delapan jam untuk mencapai tempat itu. Meskipun kini di luar sangat dingin, saya merasakan cahaya matahari di dalam mimpi saya. Saya merasakan air membasahi wajah saya, dilaut yang jernih di pantai itu."
Perjalanan delapan jam ke tempat peristirahatan, saat-saat Antum menunggu di lobi, singkatnya segala yang berhubungan dengan liburan Antum sesungguhnya hanyalah mimpi yang berlangsung beberapa detik. Meski tidak dapat dibedakan dari kehidupan nyata, apa yang Antum alami tersebut hanyalah mimpi semata.
Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin akan dibangunkan dari kehidupan di dunia sebagaimana kita dibangunkan dari mimpi. Lalu, orang-orang yang tidak beriman akan menunjukkan kekagetan yang sama. Seumur hidup, mereka tidak dapat membebaskan diri dari anggapan keliru bahwa kehidupan mereka akan berlangsung lama. Namun, saat mereka dibangkitkan kembali, mereka akan mendapati bahwa lamanya waktu yang tampak sebagai 60 atau 70 tahun masa hidup bagaikan hanya beberapa detik. Allah menceritakan fakta ini dalam Al Quran:
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al Mu'minuun, 112-114)
Apakah itu sepuluh atau seratus tahun, manusia akhirnya akan menyadari pendeknya kehidupan sebagaimana yang dituturkan dalam ayat di atas. Hal ini seperti Antum yang terbangun dari mimpi, dengan getir menyaksikan lenyapnya semua gambaran tentang liburan panjang yang menyenangkan, dan tiba-tiba menyadari bahwa hal tersebut hanyalah sebuah mimpi yang berlangsung beberapa detik saja. Begitu pula, singkatnya kehidupan akan sangat memukul seseorang terutama saat segala hal lain tentang hidupnya terlupakan. Allah memerintahkan agar memperhatikan fakta ini dengan hati-hati dalam ayat Al Quran berikut:
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa ,mereka tidak berdiam melainkan sesaat’. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan. (QS. Ar-Ruum, 55)
Sama halnya dengan mereka yang hidup selama beberapa jam atau hari, orang-orang yang hidup selama tujuh puluh tahun juga memiliki waktu yang terbatas di dunia ini.… Sesuatu yang terbatas akan berakhir suatu saat. Baik kehidupan selama delapan puluh atau seratus tahun, setiap hari membawa manusia mendekat pada hari yang telah ditakdirkan tersebut. Manusia, sesungguhnya, mengalami kenyataan ini sepanjang hidupnya. Tidak peduli betapa panjangnya sebuah rencana yang ia pikirkan bagi dirinya sendiri, suatu hari ia mencapai saat tertentu itu ketika ia akan menyelesaikan cita-citanya. Setiap tujuan atau hal berharga yang dianggap titik balik dalam kehidupan seseorang akan segera menjadi masa lalu.
Bayangkanlah seorang remaja, misalnya kita yang baru saja memasuki SMP/PESANTREN. Umumnya, kita tidak tahan menunggu hari kelulusannya. kita menanti-nantikannya dengan hasrat yang tidak tertahankan. Namun segera kita mendapati kita sendiri mengikuti sekolah di bangku SMA seperti sekarang ini.. Pada tahap hidupnya ini, kita bahkan tidak ingat tahun-tahunnya yang panjang di SMP/PESANTREN. Sampai akhirnya kita menduduki bangku kulia. Ada hal lain dalam pikirann kita, kita ingin menggunakan tahun-tahun berharga ini untuk meredakan kekhawatirannya terhadap masa depan. Karenanya, kita membuat banyak rencana. Tidak lama kemudian, kita sibuk menyusun pernikahan kita. yang akan segera datang, sebuah peristiwa istimewa yang sangat kita nanti . Namun waktu berlalu lebih cepat dari pada yang kita harapkan dan kita meninggalkan tahun-tahun di belakang dan mendapati kita sebagai seorang lelaki yang memimpin sebuah keluarga. Pada saat kita menjadi kakek, sebagai seorang lelaki tua dengan kesehatan yang menurun, kita hampir tidak dapat mengingat kejadian-kejadian yang dulu memberinya kesenangan sebagai seorang pemuda. Ingatan yang suram akhirnya benar-benar menghilang. Permasalahan yang dulu menjadi obsesinya sebagai pemuda tidak lagi menarik perhatiannya. Hanya beberapa bayangan dari hidup terbentang di depan mata. Waktu yang telah ditentukan semakin mendekat. Waktu yang tertinggal sangat terbatas; beberapa tahun, bulan, atau bahkan mungkin hari. Kisah klasik tentang manusia, tanpa kecuali, berakhir di sini dengan sebuah pemakaman, yang dihadiri anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara. Nyatanya, tidak ada seorang pun yang bebas dari akhir ini.
Meski demikian, sejak permulaan sejarah, Allah telah mengajarkan kepada manusia mengenai sifat sementara dunia ini dan menggambarkan akhirat, tempat tinggal manusia yang sesungguhnya dan kekal. Banyak detail mengenai surga dan neraka digambarkan dalam wahyu Allah. Namun begitu, manusia cenderung melupakan kebenaran mendasar ini dan mencoba menanamkan segala upayanya dalam hidup ini, walaupun hidup itu pendek dan sementara. Bagaimanapun hanya mereka yang menggunakan pendekatan rasional terhadap kehidupan yang mendapatkan kejelasan pikiran dan kesadaran dan menyadari bahwa hidup ini tidaklah berarti apa-apa dibandingkan dengan hidup yang kekal. Karena itulah tujuan hidup manusia hanyalah untuk mencapai surga, sebuah tempat abadi yang penuh dengan kebaikan dan karunia Allah. Mencari keridhaan Allah dengan keimanan yang benar adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkannya. Bagaimanapun, mereka mencoba untuk tidak memikirkan akhir dari dunia yang tak terhindarkan ini, dan menjalani hidup dengan sikap sedemikian tentulah sangat pantas menerima hukuman yang kekal.
Allah dalam Al Quran mengisahkan akhir yang mengerikan yang akan datang pada orang-orang seperti ini:
Dan akan ada hari di mana Allah mengumpulkan mereka, seakanakan mereka tidak pernah berdiam hanya sesaat di siang hari, mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk. (QS. Yunus, 45)
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka seolah-olah tidak tinggal melainkan sesaat pada siang hari. Suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS. Al Ahqaf, 35)